poupeedoraa

Jumat, 07 Januari 2011

teori sibernetik


TEORI BELAJAR SIBERNETIK

Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Hanya saja system informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa leboh dipentingkan. Hal lain yang berkaitan dengan teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi.

Komponen pemrosesan informasi dipilah berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”. Ketiga komponen tersebut adalah :

1.Sensory Receptor (SR)merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.

2.Working Memory (WM)  diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.

3.Long Term Memory (LTM)  diasumsikan; 
   1) berisi semua pengetahuan yan telah dimiliki individu, 
   2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, 
   3) sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. 

Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Sejalan dengan teori pemrosesan informasi, Ausubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.

Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
Menurut Landa ada dua macam proses berpikir. Pertama disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus menuju ke satu target tertentu. Kedua adalah cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir devergen , menuju ke beberapa target sekaligus. Memahami suatu konsep yang penuh arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut cara berpikir heuristik. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linear, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasaan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah system informasi. Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswa tipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada system informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi tersebut. Selain itu teori ini tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan penerapannya. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi yang akan dipelajari, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah :
1. Menarik perhatian
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3. Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4. Menyajikan bahan peransang
5. Memberikan bimbingan belajar
6. Mendorong unjuk kerja
7. Memberikan balikan informative
8. Menilai unjuk kerja
9. Meningkatkan retensi dan alih belajar Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi :
  a. Cara berpikir yang berorientasi pada proses leboh menonjol
  b. Penyajian pengetahuan memenuhi aspek
  c. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
  d. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
  e. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
  f. Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu
  g. Balikan informativ memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai  dengan unjuk kerja yang diharapkan

DAFTAR PUSTAKA
C. Asri Budiningsih. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : FIP UNY
Suciati. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta : Unversitas Terbuka (PAU-PPAI-UT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar